Pintu Kaca dan Intrik Cinta di Tempat Kerja

Ivan Taufiza

Oleh Ivan Taufiza*

Di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi, divisi Human Resource Development (HRD) memiliki peran yang sangat penting dalam mengelola sumber daya manusia.

Divisi ini terletak di lantai dua gedung utama, dengan pintu kaca besar yang memberikan akses mudah bagi karyawan yang ingin berkonsultasi atau mengajukan pertanyaan seputar kebijakan perusahaan.

Bacaan Lainnya

Ruangan HRD dibagi menjadi beberapa area fungsional. Di sebelah kanan, terdapat meja resepsionis yang dikelola oleh seorang HR Admin yang ramah, siap menyambut setiap karyawan yang masuk.

Di area ini juga terdapat beberapa kursi tunggu yang nyaman, dilengkapi dengan majalah dan brosur tentang program pelatihan serta kebijakan perusahaan.

Di sisi kiri ruangan, terdapat ruang rapat kecil dengan papan tulis dan proyektor, tempat di mana pertemuan tim HRD dan diskusi mengenai rekrutmen serta pengembangan karyawan sering dilakukan. Di dindingnya, terdapat poster-poster motivasi dan visi misi perusahaan yang mengingatkan semua orang akan tujuan bersama.

Sementara itu, di bagian belakang ruangan terdapat beberapa meja kerja untuk HR Specialist dan HR Generalist. Mereka bertanggung jawab atas administrasi karyawan, proses penggajian, dan pelatihan.

Meja-meja ini dilengkapi dengan komputer modern dan perangkat lunak HRIS (Human Resource Information System) yang memudahkan mereka dalam mengelola data karyawan.

Divisi HRD juga memiliki ruang pelatihan terpisah di mana berbagai program pengembangan keterampilan diadakan secara berkala. Ruang ini dilengkapi dengan peralatan presentasi dan area untuk simulasi praktis agar karyawan dapat belajar dengan cara yang interaktif.

Di tengah kesibukan divisi HRD, Sofia sebagai Senior Supervisor Talent Management merasa terasing. Dia sangat ambisius dan ingin menjadi HR Manajer, tetapi sering merasa bahwa usahanya tidak dihargai.

Sofia merasa ada ketidakadilan ketika Baby seorang Compensation and Benefit Supervisor dipromosikan menjadi asisten HR Manager tanpa melalui proses seleksi yang jelas. Kecemburuan mulai menggerogoti pikirannya.

Sofia berusaha mencari tahu lebih banyak tentang hubungan antara Baby dan Pak Rendy Senior Training Manager di perusahaan tersebut.

Dia mendengar bisikan bahwa promosi Baby mungkin terkait dengan kedekatannya dengan Pak Rendy yang memang luwes dan mudah bergaul dengan semua kalangan. Sofia mulai menyebarkan rumor di kantor bahwa Baby hanya mendapatkan promosi karena hubungan pribadi.

Ketegangan semakin meningkat ketika Sofia melihat Baby mengajak Desi, seorang petugas Satpam perempuan di kantor, ke rumah kosnya setelah kerja lembur. Sofia mengikuti mereka dari kejauhan dan mengintip saat mereka sampai di rumah kos Baby.

Di dalam ruangan yang hangat dan nyaman itu, suasana tampak intim. Sofia melihat Baby menyalakan lampu dan meletakkan tasnya di sofa. Dia mengeluarkan dua botol minuman dari kulkas dan menyiapkan camilan ringan.

Ketika pintu terbuka kembali, Sofia melihat Desi masuk dengan senyuman lebar di wajahnya.

“Aku bawa dim sum!” serunya sambil mengangkat kotak bingkisan berwarna merah.

Baby tertawa bahagia dan berkata, “Kamu tahu aku tidak bisa menolak dim sum! Ayo kita makan!”

Sofia merasakan hatinya bergetar ketika melihat mereka berdua saling bertukar tatapan penuh arti. Dia merasa aneh dan bingung, apakah ini hanya persahabatan atau ada sesuatu yang lebih?

Ketika Sofia berusaha untuk mendekat ke halaman agar bisa mendengar lebih jelas, kakinya secara tidak sengaja menginjak botol plastik kosong di halaman. Suara berisik itu membuat Baby dan Desi terkejut.

“Siapa itu?” tanya Desi dengan sigap dan nada panik.

Sofia terpaksa melangkah masuk ke dalam rumah kos dengan wajah merah padam. “Uh… maaf! Aku… aku tidak sengaja lewat!” serunya sambil berusaha terlihat tidak bersalah.

Baby tampak sangat terkejut, sedangkan Desi hanya bisa menatap Sofia dengan ekspresi campur aduk antara bingung dan malu.

“Mbak Sofia! Apa yang Mbak lakukan di sini?” tanya Baby dengan nada cemas.

“Aku hanya… ingin mampir aja,” jawab Sofia dengan suara bergetar. “Ternyata aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya kulihat.”

Desi mencoba meredakan suasana. “Mbak Sofia, kami hanya sharing setelah seharian bekerja,” ujarnya dengan nada tenang meskipun wajahnya memerah.

“Cerita? Atau lebih dari itu?” tanya Sofia tajam, matanya menyala penuh emosi.

Dalam momen tegang itu, Desi tiba-tiba berkata dengan suara lembut, “Mbak Sofia, aku tahu ini mungkin sulit untukmu… tapi aku memang memiliki perasaan khusus terhadap Baby.”

Sofia terkejut mendengar pengakuan itu. “Jadi… kalian saling suka dan tinggal bersama?”

Baby mengangguk pelan, wajahnya penuh penyesalan. “Aku seharusnya memberitahu Mbak lebih awal… tapi aku takut reaksi Mbak Sofia dan teman-teman kantor yang lain.”

Saat suasana semakin tegang, Sofia merasakan air mata menggenang di matanya. “Aku merasa tersisih… Aku merasa semua usaha kerjaku sia-sia jika kamu terus yang mendapatkan perhatian lebih!” kata Sofia dengan suara bergetar.

Baby mendekat dan memegang tangan Sofia dengan lembut. “Mbak Sofia, kamu adalah temanku! Aku tidak pernah bermaksud membuatmu merasa seperti ini.”

Desi juga menambahkan, “Kami ingin Mbak Sofia juga bahagia! Kita semua bisa saling mendukung.”

Mendengar kata-kata itu membuat hati Sofia perlahan-lahan tenang kembali. Dia menyadari bahwa meskipun situasi ini sulit diterima, hubungan kerja mereka masih bisa diperbaiki jika mereka saling terbuka satu sama lain.

Namun saat ketegangan memuncak dalam suasana canggung tersebut, Pak Rendy tiba-tiba muncul di pintu rumah kos setelah mencari-cari mereka karena khawatir tentang proyek engineer development program untuk fresh graduate yang belum selesai.

Melihat ketiga wanita tersebut dalam situasi tegang membuatnya tersenyum lebar: “Jadi ini rahasia kalian? Makan dim sum tanpa aku?”

Semua orang tertawa kecil meskipun suasana masih tegang. Untuk mencairkan suasana, setelah insiden tersebut mereka saling becanda tentang kesalahan masing-masing dan mulai merencanakan strategi untuk mengerjakan proyek tim bersama-sama dengan lebih baik.

Namun saat diskusi berlangsung, sambil berbisik Sofia mengakui perasaannya sendiri kepada Baby: “Sebenarnya… aku juga suka dan sudah lama punya perasaan khusus padamu.” Pengakuan ini membuat semua orang terdiam, saling pandang dan berusaha mencerna sebenarnya apa yang sedang terjadi di antara mereka.

Belum selesai mereka terkejut dan mencoba memahami pengakuan Sofia kepada Baby, mendadak kejutan lain muncul ketika Desi akhirnya mengungkapkan bahwa dia sebenarnya adalah mantan pacar Pak Rendy yang kembali bekerja ke perusahaan tersebut setelah beberapa tahun pindah ke kota lain.

Pengakuan dan kejujuran Desi telah merubah segalanya. Apa yang terlihat belum tentu yang sebenarnya!

Kehidupan ini adalah sebuah perjalanan yang sering kali menyimpan lapisan-lapisan realitas yang tak terlihat. Apa yang kita lihat mungkin hanyalah bayangan dari kebenaran yang lebih dalam.

Hal ini mengajarkan kita bahwa untuk memahami dunia, kita harus menggali makna di balik apa yang terlihat, karena di situlah letak keindahan dari kehidupan yang sejati.

 

*) Praktisi SDM, penulis buku Membangun SDM Indonesia Emas dan Tenang Aja

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *